Jumat, 07 Juni 2013

mengembangkan karakter seorang pemimpin

Mengembangkan Karakter Seorang Pemimpin


Kepemimpinan bukanlah barang yang “sudah jadi”. Kepemimpinan bukan pula sesuatu yang “jatuh dari langit”. Kepemimpinan atau lebih tepatnya karakter seorang pemimpin bisa dan malahan harus dikembangkan dari hari ke hari! Karakter ini amat penting bagi seorang pemimpin. John C. Maxwell, ahli kepemimpina dunia, bahkan mengatakan “rumusan ampuh” demikian . “ karisma dapat membawa anda sampai ke puncak, namun hanya karakterlah yang memprtahankannya.” Itu artinya tanpa karakter yang baik, seorang pemimpin yang sudah sampai puncak sekalipun tidak akan bertahan lama. Sebab begitu ketahuan ada cacat dalam karakternya, maka ia akan segera kehilangan reputasinya!
Mengadaptasi pendapat Jeff Iorg dalam bukunya yang berjudul The Character of Leadership: Nine Qualities that Define Great Leaders, paling tidak ada 9 karakter yang harus dikembangkan dalam diri seorang pemimpin. Mari kita lihat ke 9 karakter itu.

1.Memelihara Integritas
Kita semua tahu integritas berarti satunya kata dan perbuatan. Seorang yang memiliki integritas akan bertindak sama dalam segala situasi. Entah dilihat orang atau tidak, ia akan tetap menampilkan karakter yang sama! Seorang yang memiliki integritas tidak pernah memakai “topeng” dalam hidupya. Ia tampil apa adaya. Dia tidak perduli dengan pencitraan. Ia selalu menjadi dirinya sendiri kapanpun dan dimanapun ia berada. Orang yang memiliki integritas itu bisa dipercaya di semua bidang yang dia geluti. Ia jujur dan bertangung jawab memegang amanah. Kemampuan seorang pemimpin mempertahankan integritasnya akan berbanding lurus dengan kemampuannya bertahan memimpin orang lain. Kenapa demikian ? Karena orang akan segera meninggalkan seorang pemimpin yang lancung dalam tindakannya.
2.Memiliki rasa aman

Pemimpin yang memiliki rasa aman pasti bisa bekerjasama dengan timnya. Ia tidak melihat orang lain sebagai ancaman, sebaliknya melihat mereka sebagai kawan sekerja. Pemimpin dengan rasa aman tinggi tidak akan segan-segan mendelegasikan tugas kepada orang lain. Pemimpin dengan rasa aman tingi juga mudah ditemui oleh bawahannya. Ia tidak terlalu membuat tembok hirarki yang amat tinggi sehingga susah dipanjat oleh para anak buah. Pemimpin dengan rasa aman tinggi adalah seorang mentor yang baik. Ia senang mengembangkan orang, Ia suka membagi “ilmunya” kepada orang lain.

3.Menjaga moralitas

Pemimpin dengan moral yang terjaga akan sagat disegani oleh siapapun baik oleh bawahan, rekanan maupun competitor. Entah bagaimana, manusia selalu menghargai tinggi orang yang bermoralitas baik. Bahkan Negara sebebas Amerika pun masih memandang moralitas sebagai salah satu karakter yang harus dipertahankan pada seorang presidennya. Kia tentu masih ingat bagaimana Presiden Richard Nixon harus “lengser” karena skandal water gate. Juga bagaimana kritisnya posisi Clinton pasca perselingkuhnnya terungkap ke public.Ini semua membuktikan bahwa moralitas adalah salah satu factor penting yang menentukan “legalitas” dan akseptabilitas seorang pemimpin. 

4.Belajar rendah hati

Pemimpin yang rendah hati akan dicintai oleh pengikutnya. Contohnya, Gandhi di India. Pemimpin yang rendah hati tidak arogan dan tidak merasa selalu benar. Ia bersedia mendengarkan nasehat bahan kritik. Ia tidak sok tahu. Ia terus belajar karena sadar bahwa ilmu pengetahuan itu luas tak bertepi.
Pemimpin yang rendah hati juga selalu memperlakukan orang lain dengan hormat. Terutama kepada mereka yang ada di level bawah. Ia tidak segan-segan menyapa duluan bawahannya. Pokoknya pemimpin yang memiliki kerendahan hati adalah pemimpin yang sangat manusiawi. Ia “nguwongke” orang lain.

5.Menjadi hamba

“Kalau kamu mau jadi pemimpin, maka jadilah pelayan bagi orang lain.” Barangkali ini adalah salah satu pesan paling revolusioner yang didengungkan oleh Yesus Kristus 2000 tahun silam. Prinsip ini telah menginspirasi munculnya ide tentang Servant Leadership yang diperkenalkan oleh Robert K Greenleaf dan kawan-kawan. Inti dari servant leadership adalah kerelaan sang pemimpin untuk menggunakan jabatan yang dipegangnya bagi kemaslahatan mereka yang dipimpinya.

6.Menguasai wisdom

Seorang pemimpin tidak cukup memiliki pengetahuan (knowledge) saja. Tetapi ia membutuhkan wisdom (kebijaksanaan). Dalam kisah kuno kebijaksaaan itu dimiliki oleh Raja Sulaiman (Salomo) yang mampu membedakan mana ibu yang asli dari bayi yang diperebutkan oleh 2 orang perempuan. Kebijaksanaan adalah pengetahuan ditambah pengalaman ditambah pencerahan (bimbingan) dari Tuhan.
Dengan kebijaksanaan maka seorang pemimpin akan bisa bertindak proporsional, termasuk di dalamnya dalam memberikan reward and punishment.

7. Memiliki disiplin

Seorang pemimpin yang baik seharusnya memiliki kemampuan untuk memimpin dirinya sendiri. Nah, kata lain dari memimpin diri sendiri adalah disiplin. Orang yang berdisiplin akan mampu mengelola hidupnya sedemikian rupa sehingga ia tahu mana yang harus diprioritaskan dan mana yang tidak. Salah satu bentuk disiplin diri adalah kemampuan dalam mengelola waktu dengan baik. Setiap hari Tuhan memberi waktu 24 jam kepada semua orang, dimanapun ia berada. Masalahnya adalah: bagaimana seseorang itu menggunakan dan mengatur waktu yang dimilikinya. Bagaimana kita memanfaatkan waktu sangat berkaitan erat dengan prestasi kita.
Seorang pakar manajemen waktu dari Amerika bernama Michael Fortino mengungkapkan hasil penelitiannya selama 20 tahun terhadap kehidupan orang kebanyakan sebagai berikut:
(a) 7 tahun di kamar mandi
(b) 6 tahun di meja makan
(c) 6 bulan berhenti di lampu merah
(d) 120 jam untuk sikat gigi
(e) Dalam satu hari berbincang dengan pasangan hanya 4 menit
(f) Dalam satu hari berbincang dengan anak hanya ½ menit! (itu berarti saat si orang tua sudah berumur 80 tahun, ia hanya berbicara dengan anak selama 240 jam/10 hari).
Dengan disiplin diri yang baik kita akan mampu memanfaatkan waktu secara maksimal.

8.Menampilkan keberanian

Pemimpin harus berani. Pemimpin harus punya nyali. Karena keberanian itulah orang memilih kita menjadi pemimpin mereka. Keberanian ini termasuk eberanian menanggung kegagalan tim kita. Keberanian mengakui kesalahan bila memang kita salah. Keberanian mengambil resiko atas setiap keputusan yang kita ambil. Pemimpin yang berani dan bertanggungjawab akan mendapat respek tinggi dari anak buahnya. Sebaliknya pemimpin yang pengecut, yang cenderung menyalahkan atau melemparkan kesalahan pada orang lain cepat atau lambat akan kehilangan pamor di depan anak buahnya! Laksamana Slamet Riyadi adalah salah satu contoh pemimpin yang memiliki keberanian. Ia berani tetap berada di kapalnya bersama para prajuritnya sekalipun akhirnya KRI Macan Tutul yang ditumpanginya harus tenggelam dihajar torpedo Belanda. Ia memang mati, tapi namanya harum sebagai seorang pemimpin pemberani!

9.Mempertahankan semangat

Semangat adalah salah satu bahan bakar kesuksesan seorang pemimpin dan timnya. Semangat tinggi akan menghasilkan hasil yang besar, sebaliknya semangat yang kecil juga akan menghasilkan hasil yang kecil. Pemimpin yang bersemangat akan menjadi dinamisator dan katalisator bagi timnya untuk berjuang sampai titik maksimum.
John Maxwell dalam bukunya “The 21 Indispensable Qualities of a Leader”, menyebut empat kebenaran tentang semangat :
(a) Semangat adalah langkah pertama menuju Prestasi
Hasrat atau semangat seseorang menentukan ”takdir” orang tersebut. Para pemimpin dan peraih prestasi hebat kaliber dunia seperti Mohandas Gandhi, Marthin Luther King Jr,Winston Churchill, Soekarno atau bahkan Bill Gate memiliki satu kesamaan yang mencolok : mereka adalah orang-orang yang penuh semangat! Siapapun yang unggul memiliki semangat yang besar. Tidak ada sesuatupun yang bisa menghentikan semangat yang menggebu dalam meraih keberhasilan.
(b) Semangat meningkatkan kehendak.
Konon, suatu hari Filsuf besar Socrates didekati oleh seorang anak muda yang dengan santainya berkata cuek kepadanya,”Hai Socrates yang hebat, saya datang untuk belajar kepada anda.” Tanpa banyak cing cong Socrates membawa si anak muda itu ke laut, berjalan terus ketengahnya, lalu menenggelamkannya selama 30 detik. Setelah melepaskan pemuda itu, Socrates bertanya kepadanya, apa tadi yang diinginkannya.
”Pengetahuan, ya bijak bestari”, kata pemuda itu gelagapan. Sekonyong-konyong Socrates kembali menenggelamkannya. Kali ini lebih lama sedikit dari yang pertama. Setelah berulang-ulang melakukan hal itu, Socrates kembali bertanya kepada si anak muda, ”Apa yang tadi kau inginkan?” Akhirnya si pemuda menjawab dengan gelagapan,”Udara. Saya menginginkan udara!”
”Bagus”, jawab Socrates. ”Nah, kalau kamu menginginkan pengetahuan seperti kamu menginginkan udara, baru kamu akan mendapatkannya!”
Dengan contoh di atas Socrates ingin mengajarkan kepada si anak muda dan kepada kita bahwa semangat dan hasrat yang meletup-letup - seperti orang yang menginginkan udara untuk bernafas- akan mendorong kita untuk maju dan mendapatkan apapun yang kita inginkan. Semangat adalah bahan bakar pendorong kemauan. Jika kita cukup kuat menginginkan sesuatu, maka kita akan memiliki kemauan untuk mencapainya. Satu-satunya cara untuk memiliki hasrat seperti itu adalah dengan mengembangkan semangat.
(c) Semangat mengubah diri kita
Kalau saja kita mau mengikuti semangat kita – dan bukannya persepsi orang lain – maka kita pasti akan menjadi orang yang lebih berdedikasi dan lebih produktif. Ini pasti! Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan dampak yang kita berikan pada orang lain. Akhirnya harus dikatakan, semangat kitalah yang akan lebih mempengaruhi ketimbang kepribadian kita!
(d) Semangat membuat yang mustahil menjadi mungkin
Manusia diciptakan Tuhan sedemikian rupa sehingga kalau jiwanya terbakar oleh sesuatu, kemustahilan akan lenyap. Api yang berkobar dalam hati akan mengangkat segalanya yang kita miliki. Seorang pemimpin yang memiliki semangat besar dan sedikit ketrampilan akan selalu lebih unggul daripada pemimpin yang memiliki ketrampilan hebat namun tidak bersemangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar