Mengembangkan Karakter Seorang Pemimpin
Kepemimpinan
bukanlah barang yang “sudah jadi”. Kepemimpinan bukan pula sesuatu yang
“jatuh dari langit”. Kepemimpinan atau lebih tepatnya karakter seorang
pemimpin bisa dan malahan harus dikembangkan dari hari ke hari! Karakter
ini amat penting bagi seorang pemimpin. John C. Maxwell, ahli
kepemimpina dunia, bahkan mengatakan “rumusan ampuh” demikian . “
karisma dapat membawa anda sampai ke puncak, namun hanya karakterlah
yang memprtahankannya.” Itu artinya tanpa karakter yang baik, seorang
pemimpin yang sudah sampai puncak sekalipun tidak akan bertahan lama.
Sebab begitu ketahuan ada cacat dalam karakternya, maka ia akan segera
kehilangan reputasinya!
Mengadaptasi pendapat Jeff Iorg dalam bukunya yang berjudul “The Character of Leadership: Nine Qualities that Define Great Leaders “, paling tidak ada 9 karakter yang harus dikembangkan dalam diri seorang pemimpin. Mari kita lihat ke 9 karakter itu.
1.Memelihara Integritas
Kita
semua tahu integritas berarti satunya kata dan perbuatan. Seorang yang
memiliki integritas akan bertindak sama dalam segala situasi. Entah
dilihat orang atau tidak, ia akan tetap menampilkan karakter yang sama!
Seorang yang memiliki integritas tidak pernah memakai “topeng” dalam
hidupya. Ia tampil apa adaya. Dia tidak perduli dengan pencitraan. Ia
selalu menjadi dirinya sendiri kapanpun dan dimanapun ia berada. Orang
yang memiliki integritas itu bisa dipercaya di semua bidang yang dia
geluti. Ia jujur dan bertangung jawab memegang amanah. Kemampuan seorang
pemimpin mempertahankan integritasnya akan berbanding lurus dengan
kemampuannya bertahan memimpin orang lain. Kenapa demikian ? Karena
orang akan segera meninggalkan seorang pemimpin yang lancung dalam
tindakannya.
2.Memiliki rasa aman
Pemimpin
yang memiliki rasa aman pasti bisa bekerjasama dengan timnya. Ia tidak
melihat orang lain sebagai ancaman, sebaliknya melihat mereka sebagai
kawan sekerja. Pemimpin dengan rasa aman tinggi tidak akan segan-segan
mendelegasikan tugas kepada orang lain. Pemimpin dengan rasa aman tingi
juga mudah ditemui oleh bawahannya. Ia tidak terlalu membuat tembok
hirarki yang amat tinggi sehingga susah dipanjat oleh para anak buah.
Pemimpin dengan rasa aman tinggi adalah seorang mentor yang baik. Ia senang mengembangkan orang, Ia suka membagi “ilmunya” kepada orang lain.
3.Menjaga moralitas
Pemimpin
dengan moral yang terjaga akan sagat disegani oleh siapapun baik oleh
bawahan, rekanan maupun competitor. Entah bagaimana, manusia selalu
menghargai tinggi orang yang bermoralitas baik. Bahkan Negara sebebas
Amerika pun masih memandang moralitas sebagai salah satu karakter yang
harus dipertahankan pada seorang presidennya. Kia tentu masih ingat
bagaimana Presiden Richard Nixon
harus “lengser” karena skandal water gate. Juga bagaimana kritisnya
posisi Clinton pasca perselingkuhnnya terungkap ke public.Ini semua
membuktikan bahwa moralitas adalah salah satu factor penting yang
menentukan “legalitas” dan akseptabilitas seorang pemimpin.
4.Belajar rendah hati
Pemimpin
yang rendah hati akan dicintai oleh pengikutnya. Contohnya, Gandhi di
India. Pemimpin yang rendah hati tidak arogan dan tidak merasa selalu
benar. Ia bersedia mendengarkan nasehat bahan kritik. Ia tidak sok tahu.
Ia terus belajar karena sadar bahwa ilmu pengetahuan itu luas tak
bertepi.
Pemimpin
yang rendah hati juga selalu memperlakukan orang lain dengan hormat.
Terutama kepada mereka yang ada di level bawah. Ia tidak segan-segan
menyapa duluan bawahannya. Pokoknya pemimpin yang memiliki kerendahan
hati adalah pemimpin yang sangat manusiawi. Ia “nguwongke” orang lain.
5.Menjadi hamba
“Kalau
kamu mau jadi pemimpin, maka jadilah pelayan bagi orang lain.”
Barangkali ini adalah salah satu pesan paling revolusioner yang
didengungkan oleh Yesus Kristus 2000 tahun silam. Prinsip ini telah
menginspirasi munculnya ide tentang Servant Leadership yang
diperkenalkan oleh Robert K Greenleaf dan kawan-kawan. Inti dari servant
leadership adalah kerelaan sang pemimpin untuk menggunakan jabatan yang
dipegangnya bagi kemaslahatan mereka yang dipimpinya.
6.Menguasai wisdom
Seorang pemimpin tidak cukup memiliki pengetahuan (knowledge) saja.
Tetapi ia membutuhkan wisdom (kebijaksanaan). Dalam kisah kuno
kebijaksaaan itu dimiliki oleh Raja Sulaiman (Salomo) yang mampu
membedakan mana ibu yang asli dari bayi yang diperebutkan oleh 2 orang
perempuan. Kebijaksanaan adalah pengetahuan ditambah pengalaman ditambah
pencerahan (bimbingan) dari Tuhan.
Dengan kebijaksanaan maka seorang pemimpin akan bisa bertindak proporsional, termasuk di dalamnya dalam memberikan reward and punishment.
7. Memiliki disiplin
Seorang
pemimpin yang baik seharusnya memiliki kemampuan untuk memimpin dirinya
sendiri. Nah, kata lain dari memimpin diri sendiri adalah disiplin.
Orang yang berdisiplin akan mampu mengelola hidupnya sedemikian rupa
sehingga ia tahu mana yang harus diprioritaskan dan mana yang tidak.
Salah satu bentuk disiplin diri adalah kemampuan dalam mengelola waktu
dengan baik. Setiap
hari Tuhan memberi waktu 24 jam kepada semua orang, dimanapun ia berada.
Masalahnya adalah: bagaimana seseorang itu menggunakan dan mengatur
waktu yang dimilikinya. Bagaimana kita memanfaatkan waktu sangat
berkaitan erat dengan prestasi kita.
Seorang pakar manajemen waktu dari Amerika bernama Michael Fortino
mengungkapkan hasil penelitiannya selama 20 tahun terhadap kehidupan
orang kebanyakan sebagai berikut:
(a) 7 tahun di kamar mandi
(b) 6 tahun di meja makan
(c) 6 bulan berhenti di lampu merah
(d) 120 jam untuk sikat gigi
(e) Dalam satu hari berbincang dengan pasangan hanya 4 menit
(f) Dalam satu hari berbincang dengan anak hanya ½ menit! (itu berarti saat si orang tua sudah berumur 80 tahun, ia hanya berbicara dengan anak selama 240 jam/10 hari).
(b) 6 tahun di meja makan
(c) 6 bulan berhenti di lampu merah
(d) 120 jam untuk sikat gigi
(e) Dalam satu hari berbincang dengan pasangan hanya 4 menit
(f) Dalam satu hari berbincang dengan anak hanya ½ menit! (itu berarti saat si orang tua sudah berumur 80 tahun, ia hanya berbicara dengan anak selama 240 jam/10 hari).
Dengan disiplin diri yang baik kita akan mampu memanfaatkan waktu secara maksimal.
8.Menampilkan keberanian
Pemimpin
harus berani. Pemimpin harus punya nyali. Karena keberanian itulah
orang memilih kita menjadi pemimpin mereka. Keberanian ini termasuk
eberanian menanggung kegagalan tim kita. Keberanian mengakui kesalahan
bila memang kita salah. Keberanian mengambil resiko atas setiap
keputusan yang kita ambil. Pemimpin yang berani dan bertanggungjawab
akan mendapat respek tinggi dari anak buahnya. Sebaliknya pemimpin yang
pengecut, yang cenderung menyalahkan atau melemparkan kesalahan pada
orang lain cepat atau lambat akan kehilangan pamor di depan anak
buahnya! Laksamana Slamet Riyadi adalah salah satu contoh pemimpin yang
memiliki keberanian. Ia berani tetap berada di kapalnya bersama para
prajuritnya sekalipun akhirnya KRI Macan Tutul yang ditumpanginya harus
tenggelam dihajar torpedo Belanda. Ia memang mati, tapi namanya harum
sebagai seorang pemimpin pemberani!
9.Mempertahankan semangat
Semangat
adalah salah satu bahan bakar kesuksesan seorang pemimpin dan timnya.
Semangat tinggi akan menghasilkan hasil yang besar, sebaliknya semangat
yang kecil juga akan menghasilkan hasil yang kecil. Pemimpin yang
bersemangat akan menjadi dinamisator dan katalisator bagi timnya untuk
berjuang sampai titik maksimum.
John Maxwell dalam bukunya “The 21 Indispensable Qualities of a Leader”, menyebut empat kebenaran tentang semangat :
(a) Semangat adalah langkah pertama menuju Prestasi
Hasrat
atau semangat seseorang menentukan ”takdir” orang tersebut. Para
pemimpin dan peraih prestasi hebat kaliber dunia seperti Mohandas
Gandhi, Marthin Luther King Jr,Winston Churchill, Soekarno atau bahkan
Bill Gate memiliki satu kesamaan yang mencolok : mereka adalah
orang-orang yang penuh semangat! Siapapun yang unggul memiliki semangat
yang besar. Tidak ada sesuatupun yang bisa menghentikan semangat yang
menggebu dalam meraih keberhasilan.
(b) Semangat meningkatkan kehendak.
Konon,
suatu hari Filsuf besar Socrates didekati oleh seorang anak muda yang
dengan santainya berkata cuek kepadanya,”Hai Socrates yang hebat, saya
datang untuk belajar kepada anda.” Tanpa banyak cing cong
Socrates membawa si anak muda itu ke laut, berjalan terus ketengahnya,
lalu menenggelamkannya selama 30 detik. Setelah melepaskan pemuda itu,
Socrates bertanya kepadanya, apa tadi yang diinginkannya.
”Pengetahuan,
ya bijak bestari”, kata pemuda itu gelagapan. Sekonyong-konyong
Socrates kembali menenggelamkannya. Kali ini lebih lama sedikit dari
yang pertama. Setelah berulang-ulang melakukan hal itu, Socrates kembali
bertanya kepada si anak muda, ”Apa yang tadi kau inginkan?” Akhirnya si
pemuda menjawab dengan gelagapan,”Udara. Saya menginginkan udara!”
”Bagus”,
jawab Socrates. ”Nah, kalau kamu menginginkan pengetahuan seperti kamu
menginginkan udara, baru kamu akan mendapatkannya!”
Dengan
contoh di atas Socrates ingin mengajarkan kepada si anak muda dan
kepada kita bahwa semangat dan hasrat yang meletup-letup - seperti orang
yang menginginkan udara untuk bernafas- akan mendorong kita untuk maju
dan mendapatkan apapun yang kita inginkan. Semangat adalah bahan bakar
pendorong kemauan. Jika kita cukup kuat menginginkan sesuatu, maka kita
akan memiliki kemauan untuk mencapainya. Satu-satunya cara untuk
memiliki hasrat seperti itu adalah dengan mengembangkan semangat.
(c) Semangat mengubah diri kita
Kalau
saja kita mau mengikuti semangat kita – dan bukannya persepsi orang
lain – maka kita pasti akan menjadi orang yang lebih berdedikasi dan
lebih produktif. Ini pasti! Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan
dampak yang kita berikan pada orang lain. Akhirnya harus dikatakan,
semangat kitalah yang akan lebih mempengaruhi ketimbang kepribadian
kita!
(d) Semangat membuat yang mustahil menjadi mungkin
Manusia
diciptakan Tuhan sedemikian rupa sehingga kalau jiwanya terbakar oleh
sesuatu, kemustahilan akan lenyap. Api yang berkobar dalam hati akan
mengangkat segalanya yang kita miliki. Seorang pemimpin yang memiliki
semangat besar dan sedikit ketrampilan akan selalu lebih unggul daripada
pemimpin yang memiliki ketrampilan hebat namun tidak bersemangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar